"AQSHA KRAL"

Tempat Berbagi dan Bertukar Inspirasi

    • Home
    • RECEHAN
    • _CERITA MASA KECIL
    • _CERITA SMA
    • _CERITA MASA KULIAH
    • _CERITA DI PAPUA
    • _ABROAD
    • BERBAGI
    • _SINOPSIS
    • _OPINI
    • CERPEN
    • MELANCONG



    Dimuat di detik.com pada tanggal 18 September 2020 pukul 11.30 WIB.

    Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 237,6 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat sekitar 15,7% dibanding jumlah penduduk tahun 2000 yang berjumlah 206,3 juta jiwa. Dalam publikasi tersebut juga disebutkan bahwa sebaran penduduk Indonesia pada tahun tersebut masih terpusat di Pulau Jawa yang mencapai 57,5% dari total penduduk Indonesia.

    Selain itu, masih banyak lagi informasi-informasi penting mengenai kondisi demografi Indonesia pada 2010, mulai dari komposisi usia penduduk, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, hingga kondisi perumahan. Lantas bagaimana kondisi kependudukan Indonesia pada 2020? Pertanyaan tersebut dapat terjawab setelah gelaran Sensus Penduduk 2020 selesai.

    Hajatan akbar yang dilakukan sepuluh tahun sekali oleh BPS ini merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sesuai dengan rekomendasi Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan 2020. Setidaknya ada 54 negara di seluruh dunia yang menggelar Sensus Penduduk pada 2020 ini.

    Dalam pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 ini, BPS menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu secara online dan konvensional. Untuk pertama kalinya BPS mengadopsi metode online dalam pelaksanaan sensus penduduk. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat untuk mengisi data pribadi maupun keluarganya secara mandiri, di mana pun dan kapan pun.

    Selama periode online digelar, yaitu pada 15 Februari hingga 29 Mei 2020, sebanyak 51,36 juta penduduk ikut berpartisipasi. Masih ada sekitar 81 persen penduduk yang belum tercatat dalam Sensus Penduduk 2020. Oleh karena itu, BPS akan melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu pendataan secara langsung (lapangan) selama September ini.

    Sensus Spesial

    Sensus Penduduk 2020 kali ini bisa dibilang spesial. Untuk pertama kalinya BPS menggunakan data dasar dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri sebagai dasar untuk pencatatan lapangan. Langkah ini bertujuan untuk mensinkronisasi data kependudukan yang ada sekarang ini dengan kondisi riil di lapangan. Diharapkan hasil dari Sensus Penduduk 2020 ini akan tercipta Satu Data Kependudukan Indonesia.

    Pada zaman yang serba cepat seperti sekarang ini, kebutuhan data yang akurat dan up to date sangat vital. Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan dan eksekusi suatu kebijakan sangat bergantung dengan ketersediaan data. Oleh karena itu, merealisasikan program Satu Data Kependudukan merupakan suatu keharusan bagi sebuah negara. Jangan sampai pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan pada sumber data yang berbeda-beda. Jika itu terjadi, potensi terjadinya bias antara arah dan tujuan dari sebuah kebijakan akan sangat besar.

    Kepemilikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi perhatian khusus dalam sensus penduduk kali ini. Diharapkan ke depannya setiap penduduk Indonesia memiliki NIK sehingga semua penduduk Indonesia terdaftar di database kependudukan. Dengan adanya database kependudukan yang valid dan selalu up to date, pemerintah akan semakin mudah untuk mengambil kebijakan. Di sisi lain, masyarakat juga semakin mudah dalam mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan, seperti akses pelayanan publik hingga bantuan dari pemerintah.

    Begitu kayanya data yang dihasilkan oleh Sensus Penduduk 2020 bisa diibaratkan sebagai "kompas pembangunan". Hasil dari Sensus Penduduk 2020 akan digunakan pemerintah sebagai pedoman pemerintah dalam menentukan arah pembangunan Indonesia selama sepuluh tahun ke depan. Selain itu, juga dapat sebagai bahan evaluasi atas berbagai kebijakan pembangunan selama sepuluh tahun terakhir, apakah masih berada dalam jalur yang tepak atau sudah melenceng dari jalur yang telah ditetapkan.

    Penyesuaian

    Akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, BPS melakukan penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 pada September ini. Dalam pendataan lapangan, BPS membagi seluruh wilayah Indonesia menjadi tiga zona dengan mekanisme pendataan lapangan yang berbeda-beda.

    Metode pertama adalah metode Drop Off Pick Up (DOPU) dokumen. Petugas sensus akan membagikan kuesioner kepada yang nanti akan diambil kembali oleh petugas sensus setelah kuesioner tersebut diisi secara mandiri oleh masyarakat. Metode ini digunakan di wilayah sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Maluku Utara.

    Metode kedua adalah Non-DOPU. Mekanisme pengumpulan data hanya akan dilaksanakan tahap pemeriksaan data penduduk dan tahap verifikasi lapangan tanpa wawancara yang detail. Metode ini diberlakukan di 264 kabupaten/kota, mayoritas berada di Pulau Jawa. Sedangkan metode ketiga adalah metode wawancara langsung. Metode ini diterapkan di semua wilayah Papua dan Papua Barat kecuali Kota Jayapura.

    BPS sangat memperhatikan penerapan protokol kesehatan bagi para petugas sensus. Sebelum para petugas sensus melaksanakan pendataan lapangan, mereka terlebih dahulu melakukan rapid test guna memastikan tidak ada satu pun petugas sensus yang menderita Covid-19. Selain itu, BPS juga membekali para petugas sensus dengan perlengkapan yang sesuai protokol kesehatan seperti masker, kaos tangan, face shield, hingga hand sanitizer.

    Meskipun dengan berbagai keterbatasan, diharapkan pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 akan berjalan lancar dan sukses. Kesuksesan hajatan besar sepuluh tahunan ini tak lepas dari peran serta masyarakat. Menerima petugas sensus dengan baik, serta memberikan keterangan yang benar dan jujur merupakan peran yang dapat diambil masyarakat untuk menyukseskan kegiatan ini. Keterangan yang Anda berikan akan menentukan nasib Indonesia dalam 10 tahun mendatang.
    Continue Reading



    Dimuat di detik.com pada tanggal 24 Juli 2020 pukul 11.58 WIB


    Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling besar terkena dampak dari Covid-19. Lembaga pariwisata global World Travel and Tourism Council (WTTC) merilis data bahwa pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap pariwisata dunia. Pada 2019, sektor ini mampu memberikan 330 juta pekerjaan dan berkontribusi terhadap PDB sebesar 8,9 triliun dolar AS. Namun akibat pandemi, 100 juta pekerjaan hilang dan kontribusi sektor ini terhadap PDB pun turun 31 persen menjadi 2,7 triliun dolar AS.

    Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sekitar 15 juta tenaga kerja bekerja di sektor pariwisata. Dengan kata lain, sektor ini mampu menyerap 10,28 persen tenaga kerja nasional. Tentunya menurunnya aktivitas pariwisata akibat Covid-19 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat semakin nyata terlihat seiring kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung membaik.

    Berbagai data indikator pariwisata menunjukkan tren yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia periode Januari hingga Mei 2020 hanya sekitar 2,93 juta kunjungan. Angka tersebut jauh menurun dibandingkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia pada periode yang sama pada 2019 yang mencapai 6,28 juta kunjungan.

    Hal senada juga ditunjukkan oleh Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel. BPS mencatat bahwa TPK hotel pada Mei 2020 hanya sekitar 14,45 persen, jauh lebih kecil dibanding TPK pada Mei 2019 yang mencapai 43,53 persen.

    Angin Segar

    Setelah kurang lebih empat bulan semenjak pemerintah menetapkan status darurat Covid-19, angin segar kini mulai dirasakan oleh para pelaku bisnis pariwisata. Pasca dicabutnya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah di Indonesia, kini masyarakat mulai bisa beraktivitas lebih leluasa di luar rumah dengan menerapkan new normal.

    New normal merupakan perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Kebijakan ini diambil pemerintah guna menyelamatkan kondisi perekonomian yang semakin terpuruk semenjak diberlakukannya masa darurat Covid-19.

    Dibukanya pusat-pusat perdagangan, tempat-tempat umum, maupun transportasi publik diharapkan mampu menggerakkan kembali roda perekonomian masyarakat yang sempat lumpuh. Beberapa destinasi wisata pun juga telah dibuka untuk umum dengan menerapkan peraturan-peraturan baru yang mendukung new normal, seperti penggunaan masker, jaga jarak, pembatasan jumlah pengunjung, hingga pengecekan suhu tubuh.

    Semenjak pemerintah mulai melonggarkan pembatasan sosial pada Mei lalu, berbagai indikator penunjang pariwisata mulai menunjukkan tren positif. TPK hotel pada Mei telah mulai mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan Maret, TPK pada Mei naik sebesar 1,78 poin menjadi 14,45 persen. Selain itu, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia pun mengalami peningkatan sebesar 3,10 persen dibanding pada April 2020.

    Tentunya peningkatan berbagai indikator tersebut memberikan angin segar bagi para pelaku usaha sektor ini. Namun, diprediksi kondisi sektor pariwisata tidak bisa langsung pulih seperti sedia kala. Hal tersebut tak lepas dari kebijakan penanganan Covid-19 di sejumlah negara yang masih ketat. Mereka masih berhati-hati dalam memberikan izin warga negaranya untuk bepergian keluar negeri, terlebih lagi ke negara yang angka Covid-19 masih tinggi.

    Memberikan Rasa Aman

    Dalam jangka pendek, pelaku industri pariwisata bisa fokus menggarap pariwisata lokal sambil menunggu kebijakan negara-negara lain membuka jalur wisata. Rasa jenuh masyarakat setelah berbulan-bulan menjalani pembatasan sosial bisa menjadi pemicu untuk sejenak berwisata melepas kebosanan. Namun, yang menjadi permasalahan saat ini bagaimana cara memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat selama berwisata di tengah pandemi.

    Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun tak tinggal diam. Mereka mengeluarkan program Cleanliness, Health, and Safety (CHS) yang akan dijadikan pedoman bagi para pelaku usaha pariwisata untuk menyediakan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan. Adapun beberapa faktor yang diperhatikan dalam CHS adalah pembersihan ruang dan barang publik dengan disinfektan, serta ketersediaan sarana cuci tangan, sabun, dan tempat sampah bersih.

    Dengan dibukanya berbagai tempat wisata dengan menerapkan standar protokol kesehatan diharapkan mampu menggerakkan kembali sektor pariwisata tanpa mengesampingkan upaya untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Di sinilah sinergi yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat menentukan keberlangsungan sektor pariwisata ke depannya.

    Pemerintah diharapkan untuk selalu memonitor dan melakukan evaluasi baik itu perkembangan Covid-19 maupun perekonomian masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus secara tegas menegakkan aturan-aturan new normal yang semestinya diterapkan di berbagai tempat wisata ataupun fasilitas-fasilitas umum agar sesuai dengan protokol kesehatan.

    Pelaku usaha juga memiliki peran vital dalam menyambut era new normal ini. Adaptasi baru terhadap pelayanan dan fasilitas penunjang penerapan protokol kesehatan menjadi perhatian serius. Menumbuhkan rasa aman dan nyaman kepada para wisatawan merupakan kunci keberhasilan menumbuhkan kembali minat masyarakat untuk berwisata.

    Masyarakat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 harus lebih tertib lagi dalam menerapkan protokol kesehatan. Penggunaan masker, selalu cuci tangan, dan menghindari kerumunan harus menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat di era new normal ini. Kesadaran dan kedisiplinan masyarakat sangat menentukan perkembangan situasi ke depannya. Peran sosialisasi dan penegakan aturan di tengah masyarakat memiliki peran yang sangat vital.

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Haedar Ardi Aqsha. Statistisi. Traveller. Writer. Pecinta Sepak bola. Gooner

    email: aqsha.kral10@gmail.com / haedar.ardi@gmail.com

    Follow Me

    • facebook
    • twitter
    • instagram

    Labels

    ABROAD CERITA DI PAPUA CERITA KULIAH CERITA MASA KECIL CERITA SMA CERPEN HEART MELODY MELANCONG Metode Statistik OPINI PIALA DUNIA 2018 Sesuatu Banget SINOPSIS SURVEI CONTOH Wawasan

    Followers

    Blog Archive

    • ▼  2020 (9)
      • ▼  September 2020 (2)
        • MELANJUTKAN TAHAPAN SENSUS PENDUDUK 2020
        • BEKERJA SAMA MENYELAMATKAN PARIWISATA
      • ►  June 2020 (4)
      • ►  May 2020 (2)
      • ►  January 2020 (1)
    • ►  2019 (7)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  August 2019 (3)
      • ►  July 2019 (1)
      • ►  March 2019 (1)
      • ►  January 2019 (1)
    • ►  2018 (17)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  August 2018 (4)
      • ►  July 2018 (5)
      • ►  June 2018 (3)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  February 2018 (1)
    • ►  2017 (2)
      • ►  October 2017 (1)
      • ►  August 2017 (1)
    • ►  2014 (6)
      • ►  December 2014 (1)
      • ►  October 2014 (1)
      • ►  September 2014 (1)
      • ►  April 2014 (1)
      • ►  March 2014 (1)
      • ►  February 2014 (1)
    • ►  2013 (10)
      • ►  December 2013 (2)
      • ►  October 2013 (1)
      • ►  August 2013 (1)
      • ►  July 2013 (1)
      • ►  June 2013 (3)
      • ►  March 2013 (1)
      • ►  January 2013 (1)
    • ►  2012 (26)
      • ►  December 2012 (2)
      • ►  November 2012 (2)
      • ►  October 2012 (3)
      • ►  September 2012 (1)
      • ►  August 2012 (3)
      • ►  July 2012 (3)
      • ►  June 2012 (1)
      • ►  May 2012 (3)
      • ►  April 2012 (2)
      • ►  March 2012 (3)
      • ►  February 2012 (1)
      • ►  January 2012 (2)
    • ►  2011 (12)
      • ►  December 2011 (2)
      • ►  November 2011 (3)
      • ►  October 2011 (2)
      • ►  September 2011 (1)
      • ►  August 2011 (4)

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top