"AQSHA KRAL"

Tempat Berbagi dan Bertukar Inspirasi

    • Home
    • RECEHAN
    • _CERITA MASA KECIL
    • _CERITA SMA
    • _CERITA MASA KULIAH
    • _CERITA DI PAPUA
    • _ABROAD
    • BERBAGI
    • _SINOPSIS
    • _OPINI
    • CERPEN
    • MELANCONG
    Tempat Pemberhentian Bus
    Akhirnya, setelah perjalanan yang sangat melelahkan dari Kathmandu, tiba juga kami di Pokhara. Nuansanya berbeda jauh dengan Kathmandu. Pokhara menyuguhkan keelokan alam yang luar biasa indah, udaranya sejuk, dan yang paling penting kotanya nampak lebih rapi dan bersih dibanding Kathmandu. Gagahnya gugusan puncak Annapurna yang berselimut salju terlihat jelas dari kota ini, mulai dari Annapurna 1 (8091 m), Annapurna II (7937 m), Annapurna III (7555 m), South Annapurna (7219 m) dan Machhapucchre (6993 m). Tapi sayangnya, kalian tidak bisa melihat puncak Everest dari sini guys! Puncak Everest berjarak 160 Km di sebelah timur laut Kathmandu. Sedangkan Annapurna berjarak 177 Km di sebelah barat laut Kathmandu. Selain keindahan puncak-puncak Annapurna yang memesona, kota ini juga terdapat sebuah danau yang masih sangat alami. Lokasi danau yang tepat dipinggir pusat kota membuat kota ini menurut gue sangat romantis. Cocok untuk bermesraan dengan pasangan hahaha.

    What? Ini terminalnya kah? Bayangan gue, tempat pemberhentian akhir bus turis tu suatu terminal yang mewah. Minimal seperti terminal Giwangan, Yogyakarta lah. Ya kan Pokhara merupakan destinasi wisata favorit di Nepal. Masa iya terminalnya abal-abal? Eeee, ternyata, bus kami berhenti di tanah lapang berdebu, panas, dan tak ada bangunan apapun! Meskipun tempatnya seperti itu, namun kami tetap merasa aman. Gak ada preman yang menyamar sebagai buruh angkut seperti halnya di terminal Kampung Rambutan ataupun pulo Gadung. Jadi barang-barang kami tetap aman tanpa harus mengeluarkan biaya buruh angkut hahaha.

    Setelah kami mengecek kelengkapan barang bawaan, kamipun langsung cari taksi. Ongkos taksi dari tempat pemberhentian bus ke hotel yang lokasinya di sekitaran Lakeside adalah 300 rupee. Lakeside merupakan pusat perkotaan Pokhara. Ada banyak sekali hotel dengan berbagai kualitas, mulai yang biasa aja hingga berbintang. Selain itu juga, kota ini juga terdapat kehidupan malam. Bar maupun diskotik banyak terdapat di sepanjang jalan Lakeside.

    Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di hotel tempat kami menginap. Bagaimana fasilitasnya? Lumayan. Ada TV, air hangat, dan ada balkon yang bisa untuk duduk-duduk menikmati keindahan Lakeside. Namun, gue gak kuat lama-lama di balkon. Dingin coy! Ini akhir bulan Desember, musim dingin! Hahaha.

    Setelah ngrebahin badan sekitar satu jam, kamipun mulai bersiap-siap untuk hang out. Meskipun udaranya cukup dingin, namun langit Pokhara sangat cerah. Matahari sore bersinar keemasan menyinari puncak-puncak Annapurna yang membuatnya semakin eksotis. Sepanjang pinggiran danau, orang-orang duduk berkerumun, bercengkrama dan berbagi tawa. Para turis lalu lalang, mengelilingi pinggiran danau. Dibeberapa titik terdapat pertunjukan kecil-kecilan yang dilakukan oleh masyarakat lokal.

    Danau Pokhara dengan pemandangan Annapurna
    Sulap. Ternyata jauh-jauh ke Nepal, masih saja bertemu dengan pertunjukan seperti ini. Menurut gue, pertunjukan yang disuguhkan mereka hampir sama dengan pertunjukan yang dilakukan oleh suku-suku Dayak, yaitu ilmu kekebalan. Tapi, apakah mereka menggunakan ilmu gaib atau cuma trik tipu-tipu gue gak tau. Pokokman intinya badan mereka bisa dipotong-potong gitu. Ups, jangan lupa ya, siapkan uang receh untuk para pesulap ya hehehe.

    Mentari telah tenggelam. Bukannya suasana kota semakin sepi, justru semakin ramai. Gemerlap hiburan malam dengan musik yang menggelegar terdengar sepanjang jalan Lakeside. Berbagai makanan tradisional juga dijajakan. Kamipun coba untuk membeli momo, salah satu makanan khas Nepal yang ada unsur daging kerbaunya. Keliatannya enak, namun setelah gue coba, gue kapok. Rasanya aneh! Gak cocok dilidahku. Selain itu juga makanan ini bikin cepet eneg.

    Penjual momo. Tapi bukan momo Gheisa ya guys hahaha.
    Di sekitaran Lakeside juga terdapat sebuah gerai KFC. Gerai ini adalah penyelamat bagi kaum kelaparan yang pengen merasakan masakan dengan rasa universal. Tapi jangan bayangkan rasanya persis seperti yang ada di Indonesia. Rasanya tetap aneh bro! Meskipun secara overall masih diterima sama lidah orang Jawa hahaha.

    Malam sudah larut. Sebelum tidur, kami harus packing dan mengecek semua perlengkapan yang dibutuhkan selama perjalanan menuju Annapurna Base Camp. Besok pagi tepat pukul 07.00, kami harus sudah berangkat menuju titik awal pendakian, yaitu di sekitaran Siwei.

    Hari ke Tiga

    Langit masih gelap, namun jam telah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Mau gak mau, gue harus bangun, gosok gigi dan ambil wudhu sambil menahan dingin. Setelah dirasa siap, kamipun turun ke restoran untuk sarapan. Menu sarapan yang disajikan sama halnya seperti menu sarapan di eropa, tanpa ada nasi. Menu yang ada yaitu telur, kentang, macaroni, buah, dan sayuran. Sedangkan minumannya adalah berupa teh dan kopi. Bagi kami orang Indonesia, makan tanpa menggunakan nasi adalah tidak makan. Tapi gimana lagi, cuma itu yang tersedia. Mau gak mau kami tetap harus sarapan, sekenyang mungkin! Perjalanan setelah ini sangatlah panjang, menantang, dan tentunya melelahkan.

    Perjalanan menuju Siwei membutuhkan waktu sekitar tiga jam dengan menggunakan mobil 4wd. Tidak kaleng-kaleng bos! Harus 4 wd! Kami memulai perjalanan tepat pukul 07.30. Perjalanan pagi itu ditemani kabut yang masih menyelimuti kota lembah, Pokhara. Namun, seiring dengan kemunculan matahari, langit sedikit demi sedikit mulai membiru. Matahari menyinarkan sinar kehangatannya di tengah musim dingin. Gugusan puncak Annapurna pun telihat jelas . Amazing! Itulah satu kata yang paling pas menjelaskan semua kekaguman yang gue rasakan ketika itu.

    Puncak Annapurna dari Kota Pokhara

    Perjalanan dimulai dengan jalan beraspal mulus meninggalkan pusat kota Pokhara. Setelah masuk ke kawasan pegunungan, jalan yang semula mulus berubah menjadi jalanan yang penuh dengan lubang namun masih beraspal. Semakin lama, medan yang dihadapi semakin berat, menanjak, berliku, dan bergelombang. Bagi kalian yang tidak kuat dengan perjalanan darat dengan medan yang berkelok dan kasar, alangkah baiknya kalian munum antimo terlebih dahulu biar tidak muntah-muntah. Namun, menurutku jika minum antimo, kalian akan rugi. Kemungkinan sepanjang perjalanan kalian akan tertidur dan melewatkan pemandangan menakjubkan disepanjang perjalanan.

    Semakin jauh kepelosok, jalanan jadi semakin ekstrim. Jalanan beraspal berubah menjadi tanah berbatu. Ditambah lagi dengan jurang menganga di samping kiri dan tebing di sebelah kanan tebing mampu memacu adrenalin kami. Tapi tenang saja. Driver-driver di sini sudah teruji kok. Mereka sudah menguasai medan.

    Setelah memasuki kawasan konservasi Annapurna, kamipun berhenti disuatu pos registrasi. Secara rinci gue gak tau apa aja yang diperlukan. Udah diurus sama pihak travel sama guide nya. Ya intinya semacam dokumen yang disetai foto gitu. Dan yang pasti adalah bayar! hahaha

    Akhirnya, kami tiba juga di titik awal jalur pendakian, Siwei setelah tiga jam perjalanan dari pusat Kota Pokhara. Di sana ternyata sudah ramai turis baik itu yang bersiap melakukan pendakian ataupun yang mau pulang. Sebelum kami mulai penndakian, kami terlebih dahulu melakukan pemanasan dan berdoa demi kelancaran dan keselamatan kami selama melakukan pendakian.  Finally, here we go! ABC, I’m coming!

    Sampai di Siwei!
    Medan awal yang harus kami lalui tak terlalu sulit, yaitu jalur yang lebar dan cenderung datar. Namun, debu menjadi permasalahan yang cukup menyebalkan.  Kadang debunya campur sama eek kuda lho. Eek kuda kering berbaur dengan debu, terbang diterpa angin hahaha.  So, kalian jangan sampai lupa bawa masker atau buff ya, kalo sampai kelupaan, hidung kalian auto banyak upil wkwkwk. Belum juga kami berjalan 1 km, kami telah disuguhi kearifan lokal yang sungguh luar biasa. Kawanan kuda berpapasan dengan kami. Biasanya, kuda-kuda tersebut dimanfaatkan untuk mengangkut logistik yang nantinya akan dibawa ke kampung-kampung yang ada di sepanjang jalur pendakian. Jadi, selama pendakian, kalian akan sering berpapasan dengan kawanan kuda seperti ini
    .
    Rute diawal perjalanan.
    Kuda guys!
    Meskipun kami telah melakukan pemanasan, namun semua itu masih kurang cukup. Tubuh gue kaget! Nafas gue langsung ngos-ngosan. Padahal baru beberapa menit jalan. Maka dari itu, latihan fisik beberapa minggu sebelum pendakian mutlak harus dilakukan oleh siapa saja yang akan melakukan pendakian. Jika fisik kalian lemah, jangan harap bisa melakukan pendakian ini. Pendakian ini tidak hanya sehari semalam, melainkan empat  hari empat malam. Kalo tidak, risikonya sangat berbahaya bro! Bisa-bisa kamu hanya tidur di guest house, nunggu teman-temanmu kembali dai ABC. Bayangin aja berhari-hari tinggal sendirian di kamar, nggak bisa ngapa-ngapain di negeri orang hahaha.

    Setelah berjalan sekitar  45 menit, kami tiba di jembatan gantung yang dikenal dengna nama New Bridge. Jembatan ini mempunyai panjang sekitar 278 meter dan lebarnya hanya sekitar satu meter saja. Sensasi melewati jembatan ini? Sangat menantang! Bagi orang-orang yang takut dengan ketinggian, menyebrangi jembatan ini adalah suatu penyiksaan. Bayangin aja, dirimu disuruh berjalan di atas jembatan yang panjangnya hampir tiga ratus meter dan di bawahnya jurang menganga. Ditambah lagi ketika sudah sampai dibagian tengah jembatan, dirimu akan merasakan goyangan-goyangan aduhai akibat terpaan angin. Uiiihh, sensanyinya luar biasa! Adrenalin terpacu! Mau pegangan tapi malu, gak pegangan tapi merinding hahaha.

    New Bridge
    Sempit guys!

    Kalau mau melewati jembatan ini, kalian juga harus lihat situasi, apakah di seberang sana ada kawanan kuda yang akan lewat atau tidak Kalau ada, mending kalian mengalah, menunggu, jangan nekat menyeberang! Kan konyol jika di tengah-tengah jembatan kalian papasan sama kuda. Iya kalau kudanya gak melakukan gerakan-gerakan tambahan, kalau tiba-tiba si kuda nyepak dirimu? Kan lucu hahaha. Selain itu, pastinya kalo di tengah-tengah jembatan kalian papas an sama kuda, sensai goyangan jembatan lebih mengerikan.

    Setelah melewati jembatan, kami dihadapkan dengan tangga yang tak kelihatan ujungnya. Naik terus. Tanpa ada bonus! Here we come! Let’s rock bro! Tanjakan yang tak berujung ini membuat gue agak frustasi. Gila aja. Se ekstrim-ekstimnya jalur pendakin gunung di Indonesia masih ada bonusnya lho. Contoh aja Gunung Slamet. Meskipun nanjak terus, tapi jalan menuju pos satu lumayan datar. Kalau ini? Nanjak terus kang! Jangan heran kalo jalan duapuluh langkah lalu istirahat. Jalan duapuluh langkah lagi, istirahat lagi. Di sinilah permen dan coklat memiliki peran yang penting. Mulut harus selalu ngunyah biar energi selalu ada. Selain itu jugs biar kita gak stress mikirin tangga yang tak kunjung habis hahaha. Akhirnya sekitar pukul 12.15, kami tiba di desa Jhinu. Kami singgah di sebuat tea house untuk menyantap makan siang dan istirahat sejenak. Meluruskan kaki, mengendurkan otot-otot yang kaget harus mendaki ribuan anak tangga.

    Tangga yang bikin frustasi.

    Menu makan cukup variatif, mulai dari makanan khas Nepal yang disebut, nasi goreng, roti, hingga mie rebus. Setelah istirahat cukup dan perut terisi, kamipun melanjutkan perjalanan ke Chomrong. Kali ini jalur pendakiannya semakin ekstrim. Saran gue, jangan kalian sering-sering liat ke atas. Bisa-bisa kalian frustasi hahaha. Akhirnya sekitar pukul 16.30 kami tiba di Chhomrong dengan bandan remuk.
    Continue Reading
    Gugusan Annapurna dari kejauhan (sepertinya).

    Sekitar pukul 04.00 gue tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Langit masih gelap. Namun hiruk pikuk bandara sudah cukup ramai. Meskipun counter check in udah buka, gue gak langsung masuk ke ruang tunggu. Ada seorang teman yang gue tunggu. Seorang partner perjalanan.

    Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya doi tiba juga di bandara. Tanpa banyak basa-basi kami langsung menuju ke counter check in, lanjut sholat Subuh terus ke ruang tunggu. Tepat jam 05.30 pesawat yang kami tumpangi meninggalkan tanah air. Tujuan pertama kami adalah Malaysia. Maklum, pesawat yang kami tumpangi ini adalah milik perusahaan Malaysia, jadi mau gak mau harus transit di sana. Perjalanan Jakarta – Kuala Lumpur tersebut kami tempuh kurang lebih dua jam lima menit.

    Setibanya di bandara Internasional Kuala Lumpur, kami bergegas mencari terminal transit. Entah kami yang bego atau emang petunjuk arahnya yang kurang jelas, kami kebingungan mencari terminal transit. Ditambah lagi dengan minimnya pengalaman kami di dunia penerbangan internasional, hampir saja kami keluar dari bandara! Kami udah antre di pintu imigrasi! Gila aja kan! Lima belas menit waktu berharga kami terbuang sia-sia! Padahal kami transit di Bandara Internasional Kuala Lumpur ini cuma satu jam lima menit.

    Akhirnya, kami memutuskan untuk tanya kepada petugas bandara. Ternyata, kami salah jalan! Kamipun putar balik! Ternyata terminal transit ada dilantai 2. Kamipun mau gak mau harus lari-lari agar gak ketinggalan pesawat. Untung aja, ketika kami tiba di gate pemberangkatan, mbak-mbak penjaga gate udah teriak-teriak final call. Huffff, nyaris aja ketinggalan pesawat!

    Penerbangan dari Kuala Lumpur menuju ke Kathmandu memakan waktu 4 jam 45 menit. Sungguh perjalanan yang panjang! Ini ni yang harus kalian perhatikan kalau mau naik pesawat Malindau. Pesawat ini gak ngasih makanan secara gratis meskipun lama penerbangannya lebih dari dua jam. Para penumpang yang ingin mendapatkan makanan, harus pesan dulu sebelum penerbangan. Bisa juga beli ketika penerbangan. Namun harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan pesan sebelum penerbangan. Karena minimnya pengetahuan dan pengalaman, saya tidak memesan makanan sebelum penerbangan. Mau beli on flight, gue enggak punyai uang Ringgit. Dollar gue pun pecahan 100 USD, males mecahin #alesan. Untungnya di tas selempang gue, ada sebuah Sari Roti yang harganya Rp 4500 dan permen menthos. Selama lima jam perut gue diisi dengan menthos bro! Siapa tau nafas gue bisa fresh wkwkwk. Padahal perut keroncongan hahaha.

    Empat setengah jam perjalanan telah berlalu. Kini, kami telah berada di atas hamparan alam Nepal. Pemandangannya uuuuiiih, luar biasa menabjubkan!  Gugusan puncak Pegunungan Himalaya yang diselimuti salju abadi mampu menghipnotis mata setiap orang. Oia, kalau mau ke Napal, usahain kalian pilih tempat duduk jendela sebelah kanan.  Kalian akan terpuaskan dengan pemandangan gugusan puncak Himalaya dari ketinggian.

    Pesona alam Nepal dari ketinggian

    Akhirnya, setelah perjalanan yang sangat dan teramat panjang, kami sampai juga di Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu, Nepal. Jangan bayangin fasilitasnya seperti bandara Internasional Kuala Lumpur ataupun Soekarno Hatta. Bandara terbesar di Nepal ini sangat sederhana, dari segi estetika, servis, ataupun teknologinya.

    Begitu keluar dari pintu pesawat, udara dingin langsung menusuk tulang. Shuttle Bus yang mengantar kami ke terminal kedatangan melaju terseok-seok (busnya jelek). Setelah kami tiba di pintu kedatangan, cepat-cepat kami langsung antri di depan tempat pembayaran Visa. Bagi turis-turis short time seperti kami, Nepal menyediakan fasilitas visa on arrival, yaitu beli visa ditempat. Adapun  biaya yang dikeluarkan untuk kunjungan dengan jangka waktu kurang dari 15 hari adalah 25 USD. Cukup murah.

    Badara Tribhuvan, Kathmandu, Nepal.
    Setelah beres masalah visa, kami langsung antre di pemeriksaan passport. Setelah antre kurang lebih 30 menit, tiba juga giliran gue. Eeee, sungguh sial. Ternyata, gue disuruh balik lagi! Eits, bukan balik Indonesia ya, melainkan gue melewatkan satu prosedur, yaitu scan passport dan pengecekan biodata. Ternyata deretan mesin yang berada di salah satu sudut ruangan itu berfungsi untuk pengecekan dokumen, aku kira apaan hahaha. Setiap turis juga akan ditanya berapa lama kira-kira akan berada di Nepal, penginapan apa yang akan digunakan, dan sudah mempunyai tour guide belum. Mungkin semua itu mengantisipasi turis-turis gembel yang menggelandang dipinggir jalan. Pastinya mereka melakukan itu semua demi kenyamanan para turis selama berada di Nepal.

    Akhirnya, setelah hampir satu jam, kami akhirnya keluar dari bandara. Pintuk keluar bandaranya sangat sempit dan sesak. Disepanjang pintu keluar tersebut, terdapat beberapa gerai yang menyediakan segala keperluan ketika tiba di Nepal, seperti money changer, penjual kartu perdana, ataupun makanan-minuman. Ketika itu waktu menunjukkan sekitar pukul 13.30 waktu Kathmandu. Meskipun matahari terik menyinari Kota Kathmandu yang penuh dengan debu, namun udara dinginnya mampu membuat kami menggigil.

    Puluhan sopir taksi telah berderet di depan pintu kedatangan. Seketika ada penumpang keluar dari pintu, mereka berlarian untuk menawarkan taksi. Dengan Bahasa inggris yang terbatas, mereka berusaha untuk berkomunikasi dengan para turis. Belum ada sistim antrian taksi seperti di Soekarno-Hatta. Jadi, sopir taksi yang lebih cepat dan lebih agresif, dialah yang akan cepat mendapatkan penumpang.

    Setelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya tour guide kami tiba. Kami langsung sewa taksi menuju Thamel street. Thamel street merupakan salah satu tempat favorit para turis. Di sana merupakan pusat perbelanjaan dan hiburan malam. Segala macam perlengkapan pendakian ada di sini, mulai down jacket, trekking pool, kaos tangan, hingga crampon. Harganyapun miring. Maklum, kualitas KW super hahaha. Meskipun KW, namun kualitasnya tidak beda jauh dengan barang ori lho. Makanya kebanyakan traveler beli perlengkapan trekkingnya di Thamel Street. Kalaupun kalian tidak mau barang KW, tenang saja, di sini juga banyak gerai outdoor resmi kok, mau the North Face, Mamouth,  ataupun Columbia semuanya ada di sini.

    Waktu tempuh bandara – Thamel Street sekitar 40 menit. Kami langsung ke penginapan yang lokasinya persis di samping Thamel Street. Di sekitar Thamel Street memang terdapat banyak sekali penginapan, mulai dari yang level keroco, hingga yang berbintang. Meskipun rasa capek dan jatlag kami rasakan, namun rasanya kami tak sabar untuk segera jalan-jalan di Thamel Street. Berderet toko-toko yang menjajakan perlengkapan outdoor berderet disepanjang jalan. Namun, tujuan pertama kami bukanlah belanja perlengkapan, namun rumah makan! Maklum, perut keroncongan boy! Gila aja, 8 jam perut cuma diisi dengan Sari Roti 4 ribuan!

    Tour guide kami mengajak kami untuk menikmati Chinese Food. Selain karena ada label halalnya, harga yang ditawarkannyapun cukup terjangkau, yaitu sekitar 300 hingga 500 rupee. Berbagai macam menu tersaji di sini, bergai macam olahan mie, hingga nasi. Porsinyapun mengenyangkan. Pas bagi laki-laki, namun aku yakin kalau buat perempuan terlalu banyak hahaha.

    Nasi dengan lauk
    Aku yakin aroma dan rasa mie rebusnya juga mampu merobohkan iman orang diet.

    Setelah perut terisi, kamipun langsung berburu kartu perdana. Stres oi kalo hidup tanpa internet. Hanya dengan menyerahkan fotokopian passport dan uang 600 rupee, kamipun mendapatkan sebuah kartu perdanan yang sudah terisi paket internet 8 Gb. Lumayan, bisa buat update Instagram dan kirim pesan whatsapp ke nyokap di rumah.

    Tak terasa mentari telah berganti rembulan. Bukannya semakin sepi, Thamel Street  justru semakin sesak oleh manusia. Semakin malam, semakin bervariasi manusianya. Mau yang putih hingga yang hitam. Mau yang baik-baik hingga yang brengsek. Mau transaksi halal maupun haram, semuanya ada. Pukul 20.00, kami masih berkeliling Thamel Street sambil berburu keperluan trekking yang belum kami punya. Setelah berkeliling sekitar satu jam, akhirnya kami mendapatkan barang yang kami butuhkan.

    Malam semakin larut. Kamipun bergegas kembali ke penginapan, langsung packing mengingat besok pagi jam 06.00, kami harus sudah cabut dari hotel, untuk melakukan perjalanan menuju Pokhara.

    Langit masih gelap. Suhu udara masih dibawah 10 derajat celcius. Pakaian tebal yang gue kenakan tak mampu menahan dingin yang menusuk tulang. Dengan modal sarapan roti sandwich dan telur rebus, kami bergegas menuju tempat pemberhentian bus jurusan Pokhara. Yups, Others hari yang panjang dengan perjalanan yang panjang kembali dimulai. Sebelum kami meninggalkan hotel, tetiba ada dua orang asli Nepal menemui kami. Setelah memperkenalkan diri, ternyata mereka adalah guide dan porter lokal kami. Memang di open trip yang gue pakai, mereka menyediakan jasa guide dan porter lokal. Porter disini tidak setiap individu satu porter yaaa, melainkan kolektif. Jadi, barang kami yang mau dititipkan di porter dikumpulkan dalam satu tas yang nantinya akan dibawa oleh sang porter. Berat maksimal yang dibawa porter  adalah 25 kg. So, kami harus pandai-pandai memilah barang-barang apa saja yang ditaruh di tas porter ataupun ditaruh ditas sendiri.

    Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit, akhirnya kami tiba juga di terminal. Jangan bayangin seperti terminal Polo Gadung ataupun Kampung Rambutan ya. Terminal yang saya maksud di sini sebenarnya adalah tempat ngetem bus jurusan Pokhara. Beberapa bus berderet rapi sepanjang jalan menunggu para penumpang datang. Kalau saya enggak salah, semua bus ini khusus melayani turis. Jadi, semua bus yang ada di tempat nge temp ini adalah yang terbaik di Nepal. Tapi ya gitu, jangan bayangkan seperti bus White Horse ataupun Big Bird ya. Di sini busnya gak ada AC, gak ada TV, gak ada toilet. Namun so far masih cukup nyaman kok. Gak ada ac is not big problem sih, karena udaranya emang udah dingin.

    Bus yang nganter gue ke Pokhara.

    Oia, kalian harus mempersiapkan fisik kalian sebaik mungkin sebelum melakukan perjalanan ini. Perjalanan Kathmandu-Pokhara membutuhkan waktu sekitar 8 jam dengan medan yang luar biasa ekstrim. Bentang alam Nepal yang berupa pegunungan membuat jalan-jalan raya di Nepal berkelok-kelok dan ekstrim, kanan tebing, kiri jurang.  Namun, pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan sungguh luar biasa. Bentangan pengunungan Himalaya dengan puncak-puncaknya diselimuti salju abadi mempu menjadi penawar bosan dalam bus.

    Salah satu sisi pegunungan di Nepal.

    Sepanjang perjalanan ke Pokhara, kami singgah sebanyak tiga kali di transit area. Di sini kami bisa makan, buang air, ataupun ngopi. Perut kami harus selalu terisi agar kondisi fisik kami selalu fit. Hari masih panjang coy!

    Setelah delapan jam perjalanan, sekitar pukul 15.00 kami tiba di Pokhara. Kami langsung menyewa taksi untuk mengantar kami ke hotel yang letaknya di sekitaran Lakeside. Harga sewa taksi sekitar 300 rupee.

    Sampe sini dulu ya, lain waktu kita lanjutin perjalanan ke ABC hehehe.




    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Haedar Ardi Aqsha. Statistisi. Traveller. Writer. Pecinta Sepak bola. Gooner

    email: aqsha.kral10@gmail.com / haedar.ardi@gmail.com

    Follow Me

    • facebook
    • twitter
    • instagram

    Labels

    ABROAD CERITA DI PAPUA CERITA KULIAH CERITA MASA KECIL CERITA SMA CERPEN HEART MELODY MELANCONG Metode Statistik OPINI PIALA DUNIA 2018 Sesuatu Banget SINOPSIS SURVEI CONTOH Wawasan

    Followers

    Blog Archive

    • ▼  2020 (9)
      • ►  September 2020 (2)
      • ►  June 2020 (4)
      • ▼  May 2020 (2)
        • CATATAN PERJALANAN KE ANNAPURNA BASE CAMP (POKHARA...
        • CATATAN PERJALANAN KE ANNAPURNA BASE CAMP (JAKARTA...
      • ►  January 2020 (1)
    • ►  2019 (7)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  August 2019 (3)
      • ►  July 2019 (1)
      • ►  March 2019 (1)
      • ►  January 2019 (1)
    • ►  2018 (17)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  August 2018 (4)
      • ►  July 2018 (5)
      • ►  June 2018 (3)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  February 2018 (1)
    • ►  2017 (2)
      • ►  October 2017 (1)
      • ►  August 2017 (1)
    • ►  2014 (6)
      • ►  December 2014 (1)
      • ►  October 2014 (1)
      • ►  September 2014 (1)
      • ►  April 2014 (1)
      • ►  March 2014 (1)
      • ►  February 2014 (1)
    • ►  2013 (10)
      • ►  December 2013 (2)
      • ►  October 2013 (1)
      • ►  August 2013 (1)
      • ►  July 2013 (1)
      • ►  June 2013 (3)
      • ►  March 2013 (1)
      • ►  January 2013 (1)
    • ►  2012 (26)
      • ►  December 2012 (2)
      • ►  November 2012 (2)
      • ►  October 2012 (3)
      • ►  September 2012 (1)
      • ►  August 2012 (3)
      • ►  July 2012 (3)
      • ►  June 2012 (1)
      • ►  May 2012 (3)
      • ►  April 2012 (2)
      • ►  March 2012 (3)
      • ►  February 2012 (1)
      • ►  January 2012 (2)
    • ►  2011 (12)
      • ►  December 2011 (2)
      • ►  November 2011 (3)
      • ►  October 2011 (2)
      • ►  September 2011 (1)
      • ►  August 2011 (4)

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top